
Apple menghadapi tekanan besar akibat tarif yang dikenakan oleh Presiden AS, Donald Trump, yang dapat membuat harga iPhone tembus Rp 38 juta. Kebijakan tarif tinggi terhadap lebih dari 180 negara, termasuk negara-negara tempat Apple memproduksi produknya seperti China, India, Vietnam, dan Malaysia, membawa dampak besar terhadap strategi bisnis perusahaan ini.
Dilansir dari detikInet, Minggu (6/4/2025), langkah ini mempengaruhi strategi diversifikasi rantai pasokan Apple yang selama ini dijalankan untuk mengurangi risiko geopolitik dan pandemi. Saham Apple pun mengalami penurunan lebih dari 9% pada Kamis, mengurangi lebih dari US$ 300 miliar kapitalisasi pasar, yang merupakan penurunan harian terburuk sejak Maret 2020.
“Kebijakan tarif ini mempengaruhi beberapa negara seperti Vietnam, India, dan Thailand, yang merupakan bagian dari upaya diversifikasi rantai pasokan Apple. Kini, negara-negara tersebut juga terdampak,” kata analis Morgan Stanley, Erik Woodring.
Harga iPhone Bisa Tembus Rp 38 Juta
Apple diketahui telah memindahkan sebagian produksi iPhone ke India, merakit AirPods di Vietnam, dan desktop Mac di Malaysia. Namun, tarif tinggi yang diberlakukan AS pada negara-negara ini sekarang mengancam harga produk Apple.
Tarif yang dikenakan Trump terhadap China mencapai 54%, setelah digabungkan dengan tarif perubahan sebesar 34% pada Januari lalu. India dikenakan tarif 26%, Vietnam 46%, dan Malaysia 25%.
Akibatnya, Apple mungkin terpaksa menaikkan harga produknya di pasar AS antara 17% hingga 18% untuk menutupi tarif tersebut. Hal ini berpotensi menyebabkan harga iPhone melonjak tajam.
“Dalam situasi seperti ini, Anda harus mempertimbangkan skenario terburuk,” ujar Erik Woodring lagi.
Tarif Trump Meningkatkan Harga iPhone
Sebagian besar dari 200 juta unit iPhone yang diproduksi setiap tahun dirakit di China. Jika tarif tetap berlaku, harga iPhone dapat meningkat drastis. Analis Wedbush, Dan Ives, memperkirakan harga iPhone model terbaru dapat mencapai US$ 2.300 atau sekitar Rp 38 juta. Bahkan, iPhone 16e yang dijual dengan harga US$ 600 bisa naik menjadi US$ 858.
“Inilah risiko administrasi saat ini, terutama dengan inflasi dan tekanan harga yang sedang berlangsung,” tulis Dan Ives.
Apple juga menghadapi pilihan sulit: menanggung beban tarif sendiri atau membebankannya kepada konsumen, yang dapat mempengaruhi penjualan produk.
Dampak Tarif terhadap Produksi Apple
Sebagian besar produk Apple masih diproduksi di China, India, Vietnam, dan negara-negara Asia lainnya. Apple sebelumnya mengingatkan bahwa kebijakan tarif dapat memengaruhi bisnis, menaikkan harga, dan bahkan menghentikan produksi dua produk utama.
Menurut Evercore ISI, sekitar 80% kapasitas produksi Apple berasal dari China. Sekitar 90% iPhone dan 55% produk Mac dirakit di negara tersebut. Sementara itu, sekitar 80% iPad juga diproduksi di China.
India kini menghasilkan 10%-15% dari total produksi iPhone global, dan diperkirakan akan mencapai 25% pada akhir 2025. Di Vietnam, 20% iPad dan 90% perangkat wearable Apple seperti Apple Watch dirakit di sana.
Malaysia dan Thailand juga berperan dalam produksi Mac, dengan tarif 25% dan 36%, masing-masing. Komponen penting lainnya dipasok dari Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan AS.
Apple Rencana Produksi di AS
Trump telah menyebutkan bahwa tarif ini dapat mendorong perusahaan untuk memindahkan kembali manufaktur ke AS. Bahkan, ia mendorong Apple untuk membangun pabrik di negara tersebut, meskipun peralihan ini akan memakan waktu bertahun-tahun dan dana yang besar.
Meski demikian, investasi Apple sebesar US$ 500 miliar di AS sebagian besar digunakan untuk membeli suku cadang dan chip dari penyedia domestik. Apple hanya memproduksi Mac Pro di Texas, sementara volume produksi lainnya masih dilakukan di luar negeri.
“Menurut perkiraan kami, dibutuhkan waktu tiga tahun dan dana sebesar US$ 30 miliar hanya untuk mengalihkan 10% dari rantai pasokan Apple ke AS, yang akan mengalami gangguan besar,” kata Dan Ives.
Apple juga menginformasikan rencana untuk membangun pabrik server di Texas pada Februari lalu, namun produksi massal di AS belum terlaksana.